Posted by : Bachry Strife
Sabtu, 04 Desember 2010
Bahasa Jerman memiliki sebuah kosakata menarik dalam bahasa Jerman, ‘schadenfreude‘, artinya rasa puas yang kita rasakan ketika orang lain menerima kemalangan. Secara logika aneh sekali jika kita manusia -sebagai makhluk intelektual yang memiliki norma- bisa mendapatkan kenikmatan pada keadaan seperti itu
.
Manusia seharusnya tidak sesakit, serendah dan sekejam itu, ‘kan?
Teknologi pemindai PET scan menyatakan sebaliknya. Reaksi emosional schadenfreude itu dapat terdeteksi muncul pada area otak kita yang bernama dorsal striatum, yaitu bagian yang bertanggungjawab untuk perasaan nikmat atau puas. Bagian itu teraktivasi (yang berarti konsumsi aliran darah meningkat di sana) salah satunya ketika kita merencanakan sesuatu untuk membalas dendam kepada orang lain.
Hal tersebut ditemukan oleh Ernst Fehr adalah seorang peneliti dari University of Zurich yang telah melakukan penelitian tentang balas dendam selama bertahun-tahun. Ia menyatakan demikian: “A person who has been cheated is left in a bad situation—with bad feelings. The person would feel even worse if the cheater does not get her or his just punishment.”
Itu sebabnya kita merasa butuh untuk membalas, yaitu supaya mengalihkan bad feelings itu kepada orang lain. Semakin detil plot pembalasan yang Anda buat, semakin banyak aliran darah yang mengalir ke dorsal striatum, akibatnya semakin besar antisipasi kenikmatan yang Anda rasakan.
Sampai di sini, peribahasa rasanya benar.
Revenge is sweet, alias balas dendam itu manis.
Namun tunggu dulu, karena ternyata penelitian Ernst tidak berhenti sampai di situ saja. Ditemukan bahwa aliran darah pada bagian otak itu bisa berkurang ketika kita diingatkan pada konsekuensi, biaya atau resiko yang terjadi bila rencana balas dendam benar-benar dilaksanakan. Dalam bahasa sehari-hari, kenikmatan balas dendam hanya ada pada tahap perencanaan dan antisipasi.
Jika kemudian benar-benar dilakukan, rasa nikmat itu segera tergantikan dengan banyak sekali perasaan-perasaan negatif. Daniel Gilbert dari Harvard University menegaskan hal tersebut, “actually inflicting revenge on someone who has wronged us leaves us feeling anything but pleasure.”
Bahkan sebuah penelitian lainnya yang berjudul The Paradoxical Consequences of Revenge menyatakan bahwa orang yang berharap bisa puas karena balas dendam justru mendapat ketidakpuasan yang berkepanjangan. Anda tahu alasannya?
Karena orang yang sudah membalas dendam cenderung akan terus memikirkan, merenungkan, dan mengenang orang yang menyakitinya; sementara orang yang tidak membalas dendam cenderung melanjutkan hidupnya dan tidak memusingkan orang yang menyakitinya. Berikut adalah kutipan langsung dari isi hasil penelitian tersebut:
“People underestimate the extent to which punishment will make them ruminate about the transgressor, and they fail to realize that this is especially true if they instigate the punishment. The reason for this paradoxical finding is that rumination prolongs the negative emotions that punishers are trying to escape in the first place—the act of having punished someone keeps us thinking about them.”
Menurut seorang psikolog sosial, Kevin Carlsmith dari Colgate University, tujuan balas dendam adalah demi menyeimbangkan keadaan dan merasakan kepuasan, namun anehnya jika dilakukan malah menciptakan efek berkebalikan. “Rather than providing closure, revenge does the opposite: it keeps the wound open and fresh. So it’s easier to move on. Say no to revenge. It only hurts yourself,” ucap Kevin sebagaimana dikutip oleh Psychology Today.
Sekali lagi, kenikmatan balas dendam tidak pernah bertahan lama dan hanya ada di tahap awal sebelum balas dendam dilakukan. Jika sudah sampai sini, peribahasa revenge is sweet itu kurang tepat; yang lebih tepat dan saintifik adalah planning a revenge is sweet.
Begitu rencana itu menjadi realita, orang yang dibalas akan terpikir untuk kembali membalas. Dengan kata lain, tidak akan pernah tercipta kondisi seimbang 1-1 seperti yang Anda pikirkan, boro-boro manis dan bahagia karena Anda dan musuh Anda terjebak dalam drama balas-membalas.
Awalnya mungkin benar dialah yang menyakiti Anda. Tapi karena Anda sakit hati dan membalas dengan schadenfreude, dia juga jadi terpancing ingin membalas schadenfreude. Tidak terima dengan hal itu, Anda melancarkan schadenfreude lagi, yang tentu akan diresponi dengan schadenfreude dia, dan demikian seterusnya. Sebuah siklus yang mengerikan.
Ketidakmanisan lainnya dari aksi balas dendam dijelaskan secara gamblang dalam buku berjudul None Of These Diseases, khususnya bab The High Cost of Getting Even. Dr. S.I. McMillan menuliskan bahwa jiwa pendendam membuat tubuh kita rentan terhadap serangan penyakit:
“When we cannot resist the temptation to get even, we pay the high price of a pound of our own flesh. Toxic goiter, strokes of apoplexy, heart attacks, high blood pressure, ulcers and many other serious ailments afflict millions of people, and often it’s a direct result of the inability to forgive.”
Sobat, kita memang tidak selalu bisa menghindari konflik, kejadian yang menyakiti, ataupun orang yang ingin mengambil keuntungan dari kita. Namun kita BISA menghindari aksi balas dendam agar tidak perlu menenteng siklus yang mengerikan ataupun penyakit di sepanjang hidup kita.
Apalagi aksi balas dendam membuat Anda jadi terlihat sama dengannya. Anda jadi sama bersalah dan kekanak-kanakannya dengan orang yang menyakiti Anda. Karena ketika orang menyakiti Anda, dia menang; dan ketika Anda balas dendam, dia menang untuk kedua kalinya.
Kalau saya jadi Anda, saya lebih suka menunjukkan bahwa saya lebih superior daripadanya dengan cara tidak menunjukkan terpengaruh, tidak sakit hati, ataupun tidak ingin membalas dendam.
Menurut saya itu adalah ‘cara balas dendam’ yang paling manis
- Back to Home>
- Life >
- Balas Dendam Itu Manis?
MP3 Player
Mengenai Saya
- Bachry Strife
- My name is Muhammad Bachry , You can call me Bach, Arhy, Rhie or Rirhie I was born on Makassar, Indonesia At March 21st 1996,05.13 AM. I was graduate at Bawakaraeng Elementary School'08 and Zpenten Junior High School'11, Now i'm study at Islamic Senior High School Makassar(M2M Makassar). I Love Allah SWT, My Family, ♥My Princess, music, books, movie, Japanese Language, and English :D I hate a lot of things, and i don't particularly like anything. What i have is not a dream because i will make it reality. Accept the past, Live today, And Smile tomorrow.. Because All things will Bright and Beautiful.. Trust Me! :D- Want to know me more? Contact me directly ;) bachrymaycry@gmail.com bachrymaycry@live.com
Bachry Strife. Diberdayakan oleh Blogger.
Arsip Blog
Followers
Popular Posts
-
Anda punya perusahaan, website, band, dan yang lainnya? ingin membuat logo tapi tidak kreatif?? bingung mau ngapain?? .. karena sekarang ja...
-
Rumah Profesor Agasa, suatu malam, Conan : [membuka pintu depan rumah Agasa] Profesor, apakah alat yang kupesan itu sudah jadi? Agasa :...
-
Produksi: Production I.G. dan Aniplex Sutradara: Junichi Fujisaku Genre: Drama misteri, thriller, horror Masa tayang di Jepang: Oktober ...
-
Haii semuanyaa^^ lama tak bersua dan ngepublish sesuatu di blog sendiri, soalnya saya bingung mau nulis apaan, hehehe... Nah! Kali ini ...
-
Tahun berganti tahun bulan berganti bulan akhirnya tak terasa sudah memasuki akhir tahun 2012 dan akan menuju ke 2013, dimana 2 tahun yan...
-
Apakah Anda orang yang emosional, yang berarti bahwa Anda bertindak lebih sering pada reaksi dengan emosi Anda, bukan untuk pikiran rasion...
-
Kebenaran ajaran Islam terus-menerus dibuktikan oleh penemuan demi penemuan ilmu pengetahuan. 1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW su...
-
Sebagaimana interaksi sosial lainnya yang dilakukan sehari-hari -seperti berdagang, belajar, bekerja, berolahraga- ada sejumlah pola...
-
SOBAT, tahukah Anda situasi seperti apakah yang membentuk manusia saat ini? Zaman apakah yang telah membuat banyak orang menjadi semakin...
-
Apakah Anda pernah disakiti sedemikian rupa hingga sulit untuk melepaskan dan memaafkan? Apakah balas dendam akan membuat ...